AREMAMU SEKARANG, BUKANLAH AREMAKU DULU. ENARUPES NAWAK

Sebenarnya, enggan rasanya kembali menulis tentang Arema. Bukan karena ayas sudah tak peduli, tapi seolah sudah kehilangan akal menjelaskan tentang apa yang terjadi pada kebanggaan. Sejak adanya dua Arema, awal di mana ayas merasa kehilangan arti dari kalimat Salam Satu Jiwa.
Mana mungkin, ada dua cinta dalam hati manusia?. Dua Arema, tentunya membuat adanya dua Aremania. Lantas, ayas Aremania yang mana? Dengan tegas ayas jawab, “Ayas gak berkubu Sam!. Sebuah jawaban yang mungkin dinilai tidak berpendirian karena tak berani menentukan pilihan, tapi itulah adanya. Ayas memilih tak berkubu, lantaran tak ingin menyakiti keduanya. Kalian yang telah berkubu, baik Arema FC maupun Arema Indonesia, kabeh tetep dulurku.
Sekarang ini, ayas hanya bisa berdiri di antara kalian. Menyaksikan dan mengamati kalian beradu argument di sosial media. Kedua kubu yang merasa paling benar dan suci, mengatasnamakan legalitas, identitas, loyalitas, dan segala yang panas. Dulu ayas bersama kalian berada di tribun yang sama, warna yang sama, serta kebanggaan yang sama. Lantas, mengapa sekarang tak lagi sama?
Arema hanya satu saja belum tentu akan menjadi klub sepak bola yang profesional, apalagi ada dua. Arema Indonesia yang berkompetisi di Liga 3, merasa perjuangannya dikebiri oleh penguasa yang duduk di kursi federasi. Kemudian Arema FC yang berlaga di kasta tertinggi, pun mulai kehilangan harga diri dalam berkompetisi.
Kembali ke paragraf awal, ayas coba menjelaskan kenapa kembali memberanikan diri untuk mencurahkan Arema melalui sebuah tulisan. Berawal dari hasil pertandingan semalam(8/10), di mana Arema FC digilas oleh tuan rumah Bali United dengan skor telah 6-1. Ayas pun langsung kepo di timeline twitter. Dan agak kaget, ketika tau mulai banyak media yang berani ngetwitt pedas kepada Manajamen Arema FC. Pagi harinya, ayas mendengarkan interaksi radio yang tiap hari membahas soal Arema. Miris rasanya, ayas yang selama ini telah enggan peduli soal Arema, rasanya terbakar juga.
Hancurnya Arema FC di Pulau Dewata memang menjadi acuan ayas menulis ini, tapi bukan berarti ayas menganggap keberadaan Arema Indonesia yang telah usai di Liga 3 menjadi sirnah. Ayas hanya tidak ingin masuk dalam perdebatan dualisme yang tak pernah habis. Terus, mau sampai kapan kalian seperti ini?
Nawak hebak, bolehkah ayas bertanya. Dari kedua Arema yang kalian dukung, adakah yang benar-benar profesional saat ini?. Adakah Singo Edan yang sehat dari segi finansial, harmonis dan kekeluargaan dalam tim, apakah ada?. Jadi, maaf kalo ayas mengakatan, “Arema kalian sekarang, bukanlah Aremaku dulu. Enarupes lur”.
Kemudian kepada Bapak Ibu yang berada di kantor jalan Kertanegara dan Tidar, maaf kalo sampai saat ini ayas tidak percaya mengenai itikad kalian untuk bersatu. Terima kasih, berkat ego kalian kami menjadi kehilangan arti dari satu jiwa. Teruskanlah, tak apa, tak usah kalian hiraukan. Selagi kalian berjalan sendiri-sendiri, ayas hanya bisa menanti. Semoga lekas sembuh dan kembali Aremaku, ayas rindu kesatuanmu.

*Pernah dipublish oleh ongisnade.co.id pada Oktober 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STADION GAJAYANA TAK PERNAH AJARKAN DUALISME

MERAYAKAN SEPAK BOLA TAK HARUS DENGAN FLARE