Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

AREMAMU SEKARANG, BUKANLAH AREMAKU DULU. ENARUPES NAWAK

Gambar
Sebenarnya, enggan rasanya kembali menulis tentang Arema. Bukan karena ayas sudah tak peduli, tapi seolah sudah kehilangan akal menjelaskan tentang apa yang terjadi pada kebanggaan. Sejak adanya dua Arema, awal di mana ayas merasa kehilangan arti dari kalimat Salam Satu Jiwa. Mana mungkin, ada dua cinta dalam hati manusia?. Dua Arema, tentunya membuat adanya dua Aremania. Lantas, ayas Aremania yang mana? Dengan tegas ayas jawab, “Ayas gak berkubu Sam!. Sebuah jawaban yang mungkin dinilai tidak berpendirian karena tak berani menentukan pilihan, tapi itulah adanya. Ayas memilih tak berkubu, lantaran tak ingin menyakiti keduanya. Kalian yang telah berkubu, baik Arema FC maupun Arema Indonesia, kabeh tetep dulurku. Sekarang ini, ayas hanya bisa berdiri di antara kalian. Menyaksikan dan mengamati kalian beradu argument di sosial media. Kedua kubu yang merasa paling benar dan suci, mengatasnamakan legalitas, identitas, loyalitas, dan segala yang panas. Dulu ayas bersama kalian berada ...

STADION GAJAYANA TAK PERNAH AJARKAN DUALISME

Gambar
Stadion Gajayana Malang, begitulah nama suatu tempat yang berdiri cukup megah di salah satu sudut Kota Malang. Stadion yang konon merupakan salah satu bangunan olahraga tertua di Indonesia. Gajayana menjadi bagian sejarah panjang dari klub sepak bola bernama Arema Malang. Dari tempat tersebut, saya belajar mengenai apa itu sepak bola, dan apa itu Arema Malang. Kala itu usia saya masih 10 tahun. Namun dari Gajayana, saya belajar banyak hal, apa itu fanatisme, luapan emosi, kebanggaan, kemenangan, hingga kesedihan akan kekalahan. Berbagai macam hal yang mungkin tidak pernah saya dapatkan semasa duduk di bangku sekolah dasar pada masa kecil dulu. Belajar di stadion Gajayana cukup murah kala itu. Saya hanya berbekal uang dua ribu rupiah untuk sekedar mengisi perut. Seragam terganti oleh atribut berwarna serba biru dan kaki cukup beralaskan sandal jepit. Ya, cukup hanya dengan itu. Saya menumpang bapak-bapak tua agar dapat masuk ke dalam stadion, agar dapat mempelajari segalanya. Keb...